Monday, April 8, 2013

Mewaspadai "Emotional Eating" - Makan Karena Dorongan Emosional

Lapar emosional

Jika Anda pernah memaksakan untuk memakan pencuci mulut meskipun Anda sudah kenyang, hati-hati, mungkin Anda telah mengalami emotional eating. Emotional eating adalah manakala Anda menggunakan makanan untuk membuat diri Anda merasa lebih baik, atau makan untuk mengisi kebutuhan emosional, bukan untuk mengisi perut Anda.

Menggunakan makanan dari waktu ke waktu sebagai penyemangat, penghargaan, atau untuk merayakan momen tertentu tidaklah selalu buruk. Tapi mesti diperhatikan, ketika makanan dijadikan cara utama untuk memuhi dorongan emosional, misal saat dorongan pertama Anda adalah untuk membuka kulkas setiap kali Anda kesal, marah, kesepian, stres, kelelahan, atau bosan, maka Anda telah terjebak dalam siklus yang tidak sehat di mana masalah yang sesungguhnya tidak pernah Anda selesaikan. 

Rasa lapar karena dorongan emosional tidak bisa dipenuhi dengan makanan. Makan mungkin bisa membuat Anda merasa lebih baik pada saat itu, tetapi perasaan yang memicu rasa lapar tadi sebenarnya tetap ada. Dan akhirnya Anda akan merasa lebih buruk karena muncul rasa bersalah telah menambah kalori yang tidak perlu.

Berikut ciri-ciri yang membedakan antara rasa lapar karena dorongan fisik dan rasa lapar karena dorongan emosional belaka,

  • Lapar karena dorongan emosional biasanya datang tiba-tiba dan sangat mendesak
    Jika Anda tiba-tiba merasa lapar dalam waktu singkat dan merasa luar biasa lapar dan mendesak, itu biasanya karena dorongan emosional. Lapar karena dorongan fisik, di sisi lain, datang secara bertahap, dan dorongannya tidak sedemikian hebat dan mendesak (kecuali kalau Anda belum makan berhari-hari).
  • Lapar karena dorongan emosional biasanya menuntut jenis makanan tertentu
    Bila Anda lapar secara fisik, hampir semua makanan terasa enak - termasuk makanan yang sehat seperti buah dan sayuran. Tapi lapar karena dorongan emosional bisanya menuntut makanan berlemak atau makanan ringan bergula yang memberikan pemuasan instan. Jadi jika tiba-tiba Anda merasa sangat menginginkan roti keju atau pizza misalnya, dan tidak ingin selain itu, maka perlu dicurigai itu sebagai dorongan emosional belaka.
  • Lapar karena dorongan emosional sering menyebabkan Anda makan seenaknya tanpa batas
    Sebelum Anda menyadarinya, Anda sudah makan sebungkus keripik atau setoples biskuit tanpa benar-benar memperhatikan atau sepenuhnya menikmatinya. Sebaliknya, ketika Anda makan karena dorongan fisik, Anda biasanya lebih sadar dengan apa yang Anda makan dan benar-benar menikmati setiap gigitan.
  • Lapar karena dorongan emosional tidak membuat Anda nyaman setelah kenyang
    Lapar karena dorongan emosional biasanya membuat Anda terus menginginkan lagi dan lagi, sehingga akhirnya membuat Anda merasa kenyang dengan tidak nyaman. Lapar karena dorongan fisik, di sisi lain, membuat Anda merasa nyaman setelah terpenuhi, biarpun tidak sampai kekenyangan.
  • Lapar karena dorongan emosional tidak berasal dari perut
    Berbeda dari lapar karena dorongan fisik, lapar karena dorongan emosional tidak membuat perut Anda bersuara atau tenggorokan kering, karena dorongan emosional berada di pikiran kita yang terus menerus menginginkan pemenuhan dari makanan dengan bentuk dan rasa tertentu.
  • Lapar karena dorongan emosional sering menyebabkan penyesalan, rasa bersalah, atau malu
    Ketika Anda makan untuk memuaskan rasa lapar fisik, Anda tidak mungkin merasa bersalah atau malu karena yang Anda lakukan adalah memberikan tubuh Anda apa yang dibutuhkan. Jika Anda merasa bersalah setelah Anda makan, itu mungkin karena Anda tahu dalam hati bahwa Anda tidak makan untuk alasan gizi dan kesehatan, tapi dorongan emosional belaka.

No comments:

Post a Comment